Barang kali tidak ada pengcualian bagi manusia tanpa
melewati mimpi diwaktu tidurnya, diibaratkan mimpi itu sebagai bunga tidur. Bermimpi
pun tergantung dari pengalaman atau pikiran waktu sadar. Pernahkah kita
bertanya diwaktu tidur kenapa bisa bermimpi..? saya kira ini pertanyaan yang
menarik untuk dibahas.
Mari kita lihat penjelasan di bawah ini :
Secara umum, mimpi biasanya didefinisikan sebagai proses dari bayangan,
perasaan, pergerakan dan pikiran yang kita alami saat tertidur. Mimpi dapat
dialami pada setiap fase dalam tidur kita, dan tidak harus selalu melibatkan
rangsang tertentu (misalnya rangsang visual). Orang buta, misalnya, mengalami
mimpi melalui rangsangan pendengaran maupun perasaan dan gerakan
(sensorik-motorik). Mimpi juga bukan merupakan keistimewaan yang hanya dialami
manusia. Penelitian menunjukkan bahwa mimpi juga dialami oleh hewan.
Fase REM dalam tidur
Sekitar tahun 1953, peneliti Nathaniel Kleitman membuat suatu penemuan penting
mengenai fase REM (Rapid Eye Movement) dalam tidur. Fase ini ditandai dengan
pergerakan bola mata yang cepat secara periodik yang terjadi baik pada manusia
maupun hewan saat tertidur. Dalam sebuah penelitian yang melibatkan sukarelawan
sebagai subjek penelitian, saat tidur subjek penelitian dihubungkan dengan
peralatan-peralatan EEG (electroencephalogram, pengukur gelombang otak), EMG
(electromyogram, pengukur pergerakan otot), dan EOG (electroculogram, pengukur
gerakan bola mata). Sekitar 90% subjek yang dibangunkan dari tidur saat mengalami
fase REM melaporkan bahwa mereka mengalami mimpi (sekitar 60% subjek yang
dibangunkan sebelum mengalami fase REM juga melaporkan mengalami aktifitas
mirip mimpi dalam tidurnya).
Sebelum adanya penelitian mengenai REM, masih belum diketahui persis seberapa
sering manusia bermimpi. Beberapa teori bahkan menyebutkan bahwa impian
merupakan tanda-tanda gangguan mental bagi mereka yang mengalaminya. Melalui
riset laboratorium mengenai mimpi, subjek dibangunkan dari tidurnya setelah
mengalami fase REM untuk diteliti aktifitas mentalnya selama tidur secara
seksama. Manusia diketahui mengalami mimpi pada setiap malam. Pada manusia
dewasa, mimpi biasanya berlangsung pada sekitar 90 menit setelah mulai tertidur
dan terjadi lagi setiap 90 menit dengan durasi yang lebih lama, selama total 2
jam fase REM dalam tidur malam. Dengan rata-rata 5 mimpi tiap malam, manusia
rata2 mengalami 136.000 impian sepanjang hidupnya dengan waktu yang setara
dengan 6 tahun fase REM dalam tidur!
Saat mengalami mimpi dalam fase REM, manusia mengalami peningkatan pada detak
jantung, pernafasan, tekanan darah, konsumsi oksigen, dan pengeluaran getah
lambung. Tidur fase REM biasanya disebut sebagai tidur paradox karena memiliki
karakteristik seperti tidur fase awal (light sleep) dan tidur fase lanjut (deep
sleep) sekaligus: Berdasarkan pengukuran pada EEG, fase REM adalah tidur fase
awal (tingkat I), sedangkan berdasarkan pengukuran EMG merupakan tidur fase
lanjut (tingkat IV), karena sebagian besar otot seolah-olah
"dilumpuhkan" secara bersamaan untuk mencegah si pemimpi secara fisik
melakukan apa yang diimpikannya (misalnya berjalan sambil tidur).
Beberapa teori mencoba menjelaskan mengenai manfaat fase REM dalam tidur
diantaranya:
- Tidur fase REM memungkinkan
stimulasi bagi perkembangan otak
- Sebagai bagian dari fungsi
perbaikan secara kimia terhadap bagian otak yang mengalami kerusakan
- Memungkinkan terjadinya
koordinasi terhadap gerak mata, berdasarkan fakta bahwa pada fase tidur
non REM, kedua bola mata bergerak secara sendiri-sendiri
- Sebagai fungsi penjagaan,
berhubung pada tidur fase REM (tingkat I) dikenali sebagai fase setengah
sadar sebelum betul-betul terbangun dari tidur
- Teori paling akhir yang juga
kontroversial menyebutkan bahwa dalam tidur fase REM terjadi penghapusan
fungsi neurologis pada otak
- Dalam pengertian psikologis,
mimpi pada fase REM diduga dapat meningkatkan dan meng-organisasi memori
(ingatan) di otak.
Penyebab terjadinya Mimpi
Berlawanan dengan apa yang diyakini kebanyakan orang, mimpi TIDAK disebabkan
karena memakan makanan tertentu sebelum tidur, atau stimulus (rangsangan)
tertentu dari lingkungan sekitarnya selama tidur. Mimpi disebabkan oleh proses
biologis internal dalam tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sel otak
besar pada bagian belakang otak secara periodik pecah dalam selang waktu
sekitar 90 menit, dan mengirimkan rangsangan (stimuli) yang bersifat acak
(random) ke bagian korteks (cortex) pada otak. Sebagai akibatnya, bagian
memori, sensorik, kontrol saraf, dan kesadaran pada otak ter-stimulasi secara
acak yang berdampak adanya rangsangan pada puncak bagian korteks pada otak.
Menurut penelitian ini, proses diatas mengakibatkan kita mengalami apa yang
kita sebut sebagai mimpi.
Pada akhir-akhir ini, kontroveresi yang paling signifikan mengenai mimpi
berkisar pada pertanyaan apakah mimpi memiliki kaitan langsung dengan pribadi
seseorang ataukah tidak. Sebagian psikoterapis berpendapat bahwa saat
rangsangan neurologis dari otak memicu proses terjadinya mimpi, isi atau representasi
dalam mimpi dapat berasal dari kebutuhan, keinginan, atau harapan dari alam
bawah sadar dan kehidupan sehari-hari pada orang yang mengalami mimpi tersebut.
Karena itu sebagian psikoterapis beranggapan bahwa mimpi merupakan cetusan dari
alam bawah sadar seseorang. Penjelasan ini dikenal sebagai penjelasan
"phenomenological-clinical", atau "top-down". Dilain pihak,
penjelasan neourologis, atau "bottom-up", menyatakan bahwa mimpi sama
sekali tidak memiliki arti khusus.
Diantara keduanya terdapat pendekatan yang disebut "context
analysis", yang menjelaskan dan mengklasifikasikan representasi yang
ditemukan seseorang dalam mimpinya, seperti manusia, rumah, kendaraan, pohon,
kendaraan, tanpa interpretasi yang mendalam mengenai detil objek tersebut. Perbedaan
antara representasi telah ditemukan antara mimpi yang dialami pria dan wanita,
serta mimpi yang dialami manusia dalam berbagai tingkatan pertumbuhan. Mengenai
arti perbedaan tersebut saat ini masih dalam penelitian